10 Februari 2016

Pereduksian Agama oleh Pemeluknya

Pada dasarnya agama hadir di muka bumi ini sebagai petunjuk dan pembawa ketenteraman bagi umatnya. Ajaran agama apapun mengajarkan kedamaian, bukan kekerasan. Karena ajaran agama tidak hanya mengajarkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, melainkan juga mengajarkan hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.

Akhir-akhir ini sebagaian masyarakat kita cenderung berpikir sempit dalam memahami makna agamanya. Cara berfikir masyarakat tersebut cenderung tidak luwes dalam menghadapi tantangan-tantangan budaya yang beragam. Kita mungkin perlu merenungi kembali visi kehadiran agama yang mengajarkan perdamaian dan persaudaraan. Namun visi agama itu malah sering ternodai oleh berbagai bentuk kekerasan budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Dan ironisnya, fenomena ini secara langsung menyangkut kehidupan umat beragama.
Sesekali ajaran agama dijadikan legitimasi atas dasar kekerasan. Boleh jadi, gejala ini merupakan salah satu perwujudan dari minimnya komunikasi antar umat beragama, sehingga muncul kerugian antara umat beragama satu dengan umat agama yang lain.

Budaya kekerasan yang dilandasi oleh motivasi dan keyakinan agama, sungguh sangat memperihatinkan. Atas nama agama, justru orang dengan mudah membunuh penganut agama lain, merusak rumah peribadatannya dengan dalih superioritas dari fanatisme buta sang pemeluk agama. Kalau ini yang terjadi, agama bukan lagi sebagai Bringer of Peace tapi tereduksi sebagai Bringer of Badness.

Intinya adalah, semua agama mengajarkan kebaikan. Baik buruknya agama tergantung pembawaan dari pemeluknya. Akhirnya, sebagai manusia pemeluk agama, semoga kita tidak mereduksi agama yang kita peluk.

Ket: Tulisan di atas disarikan dari buku “Serumpun Bambu (Jalan Menuju Kerukunan Sejati). Edisi Revisi. Pasuruan: Yudharta Advertising Design. 2006.

Silahkan kasih komentar dan mohon cantumkan blog pribadinya juga! Terima Kasih...